BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak
terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan
kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya,
membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan
membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan
dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara
tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota
keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul
anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah
merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan
yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien
seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan
keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan
perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan
keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan
melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang
MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi
pendekatan proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas pada bab selanjutnya:
1. Bagimana
konsep teori perilaku kekerasan?
2. Bagaimana
konsep asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana
contoh kasus dari asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Mengetahui tentang
konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Mengetahui pengertian dari perilaku
kekerasan
2.
Mengetahui penyebab dari perilaku
kekerasan
3.
Mengetahui rentang respon
4.
Mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
5.
Mengetahui akibat dari perilaku
kekerasan
6.
Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku
kekerasan
7.
Mengetahui pohon masalah pada perilaku
kekerasan
8.
Mengetahui konsep asuhan keperawatan
dari perilaku kekerasan
9.
Mengetahui contoh kasus asuhan
keprawatan dari perilaku kekerasan
1.4 Manfaat
1.4.1
Bagi
Institusi
1. Digunakan sebagai tambahan kepustakaan agar bisa bermanfaat bagi
para pembaca.
2. Sebagai bahan bandingan persepsi tentang kejadian perilaku kekersan
1.4.2
Bagi
Profesi
1.
Diharapkan perawat lebih memahami tentang konsep perilaku kekerasan
2.
Diharapkan perawat Lebih memahami tentang
pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan perilaku kekerasan
1.4.3
Bagi
Penyusun
1. Diharapkan perawat lebih memahami tentang
konsep perilaku kekerasan
2. Diharapkan perawat Lebih memahami tentang pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan perilaku
kekerasan
BAB II
KONSEP
TEORI
2.1
Pengertian
Marah
adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 2005).
Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007).
2.2
Penyebab
a.
Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap
orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin
tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1. Psikologis,
kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku,
reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial
budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis,
banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
b.
Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari
klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti
kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan
2.3
Rentang Respon
Perasaan
marah normal terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif dan mal adaptif.
(Gambar 1)
Respon
adaptif Respon
mal adaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Gambar 1.
Rentang Respon Marah
Kegagalan
dapat menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan
respon yang maladaptif, yaitu agresif=kekerasan perilaku yang I menampakkan
mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
Ø Asertif:
mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.
Ø Frustasi:
merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.
Ø Pasif:
diam saja karena tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami.
Ø Agresif:
memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih
dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
Ø Kekerasan:
sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain secara menakutkan , member kata-kata ancaman, melukai
disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah
melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu menegndalikan diri.
2.4
Tanda dan Gejala
Pada
pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Data
Obyektif:
-
Muka merah
-
Pandangan tajam
-
Otot tegang
-
Nada suara tinggi
-
Berdebat
-
Sering pula tampak klien memaksakan
kehendak
-
Merampas makanan, memukul jika tidak
senang
b. Data
Subyektif:
- Mengeluh perasaan terancam
- Mengungkapkan perasaan tidak berguna
- Mengungkapkan
perasaan jengkel
- Mengungkapkan adanya keluhan fisik,
berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak, bingung.
2.5
Akibat
Klien
dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi
dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
2.6 Penatalaksanaan
a.
Farmakoterapi
1. Obat
anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2. Obat
anti depresi, amitriptyline
3. Obat
anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4. Obat
anti insomnia, phneobarbital
b.
Terapi
modalitas
1) Terapi
keluarga
Berfokus
pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian:
-
BHSP
-
Jangan memancing emosi klien
-
Libatkan klien dalam kegiatan yang
berhubungan dengan keluarga
-
Memberikan kesempatan pada klien dalam
mengemukakan pendapat
-
Anjurkan pada klien untuk mengemukakan
masalah yang dialami
-
Mendengarkan keluhan klien
-
Membantu memecahkan masalah yang dialami
oleh klien
-
Hindari penggunaan kata-kata yang
menyinggung perasaan klien
-
Jika klien melakukan kesalahan jangan
langsung memvonis
-
Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
o
Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
o
Hindari benda tajam
o
Lakukan fiksasi sementara
o
Rujuk ke pelayanan kesehatan
2) Terapi
kelompok
Berfokus
pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social atau aktivitas lai dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
3) Terapi
musik
Dengan
music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.
2.7 Pohon Masalah
Resiko perilaku mencederai diri
|
Perilaku kekerasan (masalah utama)
|
Gg konsep diri: Harga diri rendah
|
Ketidakefektifan koping keluarga, ketidakmampuan
keluarga merawat klien dirumah
|
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
|
Defisit perawatan diri, mandi dan berhias
|
Gg pemeliharaan kesehatan
|
penyebab
|
akibat
|
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
PERILAKU KEKERASAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian adalah
proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual.
Pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor
presipitasi, predisposisi, penilaian terhadap streesor, sumber koping dan
kemampuan yang dimiliki klien.
1. Identitas
Klien
Meliputi
nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No. MR.
2. Alasan
masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat “RT
dan marah”.
3. Factor
predisposisi
c.
Biasanya klien pernah mengalami gangguan
jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan.
d.
Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan
dan kekerasan dalam keluarga.
e.
Klien dengan perilaku kekerasan bisa
herediter.
f.
Pernah mengalami trauma masa lalu yang
sangat mangganggu.
4. Fisik
Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
5. Psikososial
a.
Genogram
Pada
genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan
dan pola asuh.
b.
Konsep diri
-
Gambaran diri
Klien
biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
-
Identitas
Klien
biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik sebelum maupun ketika
dirawat tapi klien biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-laki/perempuan.
-
Peran
Klien
biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu.
-
Ideal diri
Klien
biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
-
Harga diri
Klien
biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan sakitnya.
c.
Hubungan social
Meliputi
interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati
dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, mengajuhkan diri dari orang lain,
menolak mengikuti aturan.
d.
Spiritual
Kepercayaan,
nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan linngkungan. Hal yang
bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
6. Status
mental
a.
Penampilan
Biasanya
penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok/serasi dan berubah dari biasanya.
b.
Pembicaraan
Biasanya
pembicaraannya cepat dan kasar
c.
Aktivitas motoric
Aktivitas
motoric meningkat klien biasanya
terganggu dan gelisah
d.
Alam perasaan
Berupa
suasana emosi yang memanjang akibat dari factor presipitasi misalnya: sedih dan
putus asa.
e.
Afek
Afek
klien biasanya sesuai
f.
Interaksi selama wawancara
Selama
berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan dan mudah
tersinggung.
g.
Persepsi
Klien
dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan persepsi.
h.
Proses pikir
Biasanya
klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan koheren.
i.
Isi pikir
Keyakinan
klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
j.
Tingkat kesadaran
Biasanya
klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k.
Memori
Tidak
terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek klien mampu
mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
l.
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien
biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
m.
Kemampuan penilaian
Biasanya
klien mampu mengambil keputusan jika menghadapi masalah yag ringan, klien mampu
menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
n.
Daya tilik diri
Klien
biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan pertolongan,
klien juga seringmenyalahkan hal-hal diluar dirinya.
7. Kebutuhan
persiapan pulang
a.
Makan :
pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak
peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b.
BAB/BAK :
observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan klien untuk
membersihkan dirinya.
c.
Mandi :biasnya
klien mandi berulang/ tidak mandi sama sekali
d.
Berpakaian:biasanya tidak rapi, tidak
sesuai dan tidak diganti.
e.
Istirahat :observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya
istirahat klien terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang dihadapi.
f.
Sistem pendukung: untuk pemeliharaan
kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan system pendukung sangat
menentukan.
g.
Aktifitas dalam rumah: klien mampu
melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
8. Mekanisme
koping
Biasanya
Mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif, klien mengatakan kalau ada
masalah pengennya marah-marah, merusak barang dan keluyuran.
9. Masalah
keperawatan: Koping individu inefektif
10. Aspek
medik
Obat yang diberikan pada klien dengan perilaku
kekerasan biasanya diberikan anti psikotik seperti CPZ, TFZ, THP.
11. Daftar
masalah keperawatan
1.
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
2.
Perilaku kekerasan
3.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4.
Gangguan pemeliharaan kesehatan
5.
Defisit perawatan diri : mandi dan
berhias
6.
Ketidakefektifan koping keluarga merawat
klien dirumah
7.
Ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik
12. Daftar
diagnosa keperawatan
1. Resiko
perilaku mencederai diri b.d perilaku kekerasan
2. Perilaku
kekerasan b.d harga diri rendah
3. Gangguan
pemeliharaan kesehatan b.d defisit perawatan diri
4. Ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik b.d ketidakefektifan koping keluarga
5. Harga
diri rendah b.d defisit perawatan diri
BAB
IV
CONTOH
KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr ”I”
DENGAN
PERILAKU KEKERASAN
Ruang rawat : Bekisar Tanggal
Rawat: 21 januari 2012
I.
Identitas klien
Inisial : Sdr ”I”
Umur : 18 th
Informen : Klien, perawat, status
Alamat : Jember
Tanggal
pengkajian : 13 pebruari 2012
No.
RM : 087661
Pendidikan
: SMP
Agama : Islam
Diagnosa
Keperawatan: Scizofrenia hebrefenik episodik berulang
II.
Alasan masuk
Menurut
pasien: Klien mengatakan bahwa saya dibawa
ke rumah sakit jiwa karena saya sering mengamuk- ngamuk di rumah.
Menurut
status: Klien mengamuk- ngamuk merusak barang-barang yang ada, klien juga
menyetop mobil- mobil di jalan raya, keluyuran malam-malam,mengancam dan
memukul orang sekitarnya.
III.
Faktor predisposisi
1. Klien
mengatakan sakit sejak SMP kelas 3 pernah di opname di RS. Subandi jember 3x
dengan keluhan mengamuk- ngamuk,sembuh pulang, kontrol rutin tapi tidak minum
obat.
2. Pengobatan
sebelumnya
Klien mengatakan
sebelumnya minum obat, lalu sebulan terakhir tidak mau minum obat karena merasa
sudah sembuh.
3. Trauma
Klien mengatakan
mengalami aniaya fisik dirumahnya yaitu dkurung dikamar dan diikat
Masalah keperawatan:
-
Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
-
Resiko tinggi menciderai diri sendiri
org lain dan lingkungan
-
Prilaku kekerasaan
Anggota keluarga yang
pernah mengalami gangguan jiwa :
Klien mengatakan dalam
keluarganya ada yang mengalami gannguan jiwa yaitu bibi, keluhannya sama yaitu
suka mengamuk dan berobat ke alternatif.
Masalah keperawatan:
Koping keluarga inefektif.
4. Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan
-
Klien mengatakan pernah merasa tertekan
dengan peraturan yang ada di pondok
-
Klien sering di ejek- ejek
Masalah
keperawatan: Respon paska trauma
IV.
Pemeriksaan fisik
1. TTV:
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 360 C
2. Ukuran
:
BB : 57 kg
TB : 167 cm
3. Keluhan
fisik : -
4. Px
mengatakan pergelangan tangannya sakit karena habis diikat.
Terdapat luka pada
lingkar pergelangan tangan kanan dan kiri bekas
diikat keadaan luka tampak merah tidak ada pus dan tidak ada darah.
Masalah keperawatan:
kerusakan integritas kulit, resiko tinggi terjadinya infeksi.
V.
Psikososial
1.
: Laki laki
: Perempuan
:
Tinggal serumah
:
Klien
:
orang terdekat
:
Keluarga yang pernah sakit jiwa
|
Keterangan :
Klien mengatakan anak ke 3 dari 3
bersaudara, klien tinggal dengan orang tuanya dan 1 kakak nya, orang terdekat
klien adalah ayah dan ibunya, setiap ada masalah jarang bercerita dengan
keluarga klien lebih senang memendam sendiri, penggambil keputusan dalam
keluarganya adalah ayahnya, hubungan dengan keluarga kurang baik. Dalam
keluarga ibu ada yang pernah menderita sakit jiwa yaitu bibi klien.
Masalah keperawatan : -
Koping individu inefektif
2. Konsep
diri
a. Citra
tubuh:
Klien mengatakan
menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas
diri
Klien mengatakan
namanya “A I” umur 18th dan mengaku sebagai dirinya sendiri. Klien belum
menikah dan belum bekerja, klien mengatakan anak no.3 dari 3 bersaudara.
c. Peran
diri
Klien mengatakan di
dalam keluarga berperan sebagai anak, dan yang dilakukan di rumah adalah
membantu ibu. Saat di rumah sakit klien mengerti statusnya sebagai pasien.
d. Ideal
diri
Klien mengatakan ingin
cepat pulang agar bisa berkumpul dengan keluarganya dan teman- temannya dan
dapat beraktifitas lagi.
e. Harga
diri
Klien mengatakan hubungan dengan
teman dan tetangganya baik- baik saja tetapi ada tetangga ataupun temannya
bersikap cuek dan mengolok- olok klien sehingga klien merasa minder.
Masalah
keperawatan: Harga diri rendah situasional.
3. Hubungan
sosial
a. Orang
yang berarti
Klien mengatakan orang
terdekatnya adalah ibunya.
b. Peran
serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Klien mengatakan saat
di rumah klien mengaji dengan teman- temannya.
c. Hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas
berkumpul dengan teman- temannya karena merasa minder dan takut di olok-olok
oleh teman-temannya.
Masalah keperawtan:
Isolasi sosial menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai
dan keyakinan
Klien mengatakan
beragama islam, klien percaya pada Allah dan semua itu dibuktikan saat ditanya
apakah klien percaya bahwa tuhan itu ada?, klien menjawab ada.
b. Kegiatan
ibadah
Klien mengatakan jarang
melaksanakan sholat 5 waktu dalam sehari karena malas.
Masalah keperawatan: -
VI.
Status mental
1. Penampilan
Penampilan pasien rapi,
rambut bersih, tidak ada bau badan, kancing baju tepat, kuku tidak panjang,
baju tidak terbalik dan ganti baju tiap hari.
Masalah
keperawatan: -
2. Pembicaraan
Saat diajak bicara
klien berbicara dengan nada keras dan cepat terkadang disertai nada tinggi,marah-marah.
Masalah keperawatan:
Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas
motorik
Klien terlihat tegang,
gelisah dan selalu mondar-mandir,marah-marah,mengancam mau memukul
teman-temannya keluyuran, memukul-mukul pintu.
Masalah keperawatan:
Resti cidera.
4. Afek
dan emosi
a. Afek
labil
Klien saat ditanya
wajahnya tiba-tiba merah, berbicara kasar, cepat disertai nada tinggi, dan
mudah tersinggung.
Masalah keperawatan:
Kerusakan interaksi sosial.
b. Alam
perasaan (emosi)
Klien terlihat sedih
karena ingin pulang kangen dengan keluarganya.
Masalah keperawatan:
Ansietas
5. Interaksi
selama wawancara
Selama wawancara klien
memang kooperatif namun ia mudah tersinggung, pandangan mata tajam, wajah
tegang dan merah.
Masalah keperawatan:
Kerusakan interaksi sosial
6. Persepsi
sensorik
Klien tidak ada
gangguan pada persepsi sensori dibuktikan klien tidak mendengar suara-suara
yang mengganggu.
Masalah keperawatan: -
7. Proses
pikir
a. Proses
pikir (arus dan bentuk pikir)
Saat berinteraksi
pembicaraan klien melompat-lompat dari satu ide yang belum selesai diceritakan
kemudian ke ide yang lain.
Masalah keperawatan:
Perubahan proses pikir.
b. Isi
pikir
Selama wawancara klien
mengatakan jengkel dengan keluarganya yang membawa kesini, bahwa mereka
mempunyai niat jahat.
Masalah keperawatan:
Perubahan proses pikir.
8. Tingkat
kesadaran
Klien terlihat bingung
Kuantitatif : kesadaran klien composmentis, GCS
4 5 6
Kualitatif : kesadaran klien berubah, klien gelisah,
marah-marah, mudah tersinggung.
Klien kalau saat ini
adalah waktu pagi hari,bertempat di ruang makan dan tau nama pengkaji yaitu
mbak Yanti.
Masalah keperawatan:
Perubahan proses pikir
9. Memori
Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat jangka panjang, terbukti klien bisa menceritakan sebelum
klien dibawa ke rumah sakit, klien juga tidak mengalami gangguan daya ingat
jangka menengah terbukti klien masih ingat kalau dia pernah dikurung diruang
isolasi, klien juga tidak mengalami jangka saat ini terbukti klien dapat
menyebutkan kegiatan yang tadi pagi dilakukan yaitu mandi dan makan pagi.
Masalah keperawatan: -
10. Tingkat
konsentrasi dan berhitung
Klien mampu
berkonsentrasi dengan baik dan kalkulasi dengan baik terbukti setelah disuruh
bfrhitung klien mampu berhitung sederhana.
Misalnya: klien puxa
uang 10 ribu dibuat beli bakso 5 ribu sisanya uang berapa?, klien menjawab
sisanya masih 5 ribu
Masalh keperawatan:-
11. Kemampuan
penilaian
Klien tidak mengalami
gangguan penilaian terbukti ketika ditanya apa yang dilakukan saat bangun
tidur?, klien mengatakan mandi dulu kemudian duduk menunggu makan pagi.
Masalah keperawatan: -
12. Daya
titik diri
Klien mengatakan bahwa
sebenarnya ia tidak sakit, klien mengingkari penyakit yang dideritanya.
Masalah keperawatan:
perubahan proses pikir
VII.
Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan
klien memenuhi kebutuhan
Klien tidak memerlukan
bantuan saat makan, berpakaian, untuk perawatan kesehatan klien memerlukan
bantuan minimal dari perawat.
Masalah keperawatan: -
2. Kegiatan
hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan
diri
Dalam perawatan diri
misalnya mandi, kebersihan makan,BAK/BAB, ganti pakaian klien tidak memerlukan
bantuan.
Masalah keperawatan: -
b. Nutrisi
Klien mengatakan puas
dengan makannya saat makan klien tidak memisahkan diri, frekuensi makan 3x
sehari dan kudapan sehari 1x/hari berupa kacang hijau, nafsu makan meningkat.
Masalah keperawatan: -
c. Tidur
Klien tidak ada masalah
dengan tidurnya, yang membantu klien untuk tidur adalah karena minum obat,
dimana klie mengatakan setelah minum obat rasanya ingin tidur.
Masalah keperawatan: -
3. Kemampuan
klien
Klien dapat
mengantisipasi kehidupan sehari-hari, klien dapat membuat keputusan berdasarkan
keinginan sendiri, klien mengatakan belum bisa mengatur penggunaan obat, selama di rumah sakit obat masih diberi
perawat.
Masalah keperawatan:
Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik.
4. Sistem
pendukung
Sistem pendukung klien
di rumah adalah keluarga sedangkan dirumah sakit adalah perawat ruangan.
Masalah keperawatan: -
5. Apakah
klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif dan hobi?
Klien menikmati saat
bekerja terbukti klien melaksanakan dengan baik.
Masalah keperawatan: -
VIII.
Mekanisme koping
Mekanisme
yang dicapai oleh klien adalah maladaptif, klien mengatakan kalau ada masalah
pengennya marah-marah, merusak barang dan keluyuran.
Masalah
keperawatan: Koping individu inefektif
IX.
Masalah psikososial dan lingkungan
1. Masalah
dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak
mempunyai masalah dengan kelompok, ia mendapat dukungan keluarga dalam mencari
pengobatan.
2. Masalah
berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan
sebelum sakit mengikuti kegiatan di lingkungan namun selama sakit ini hanya
dirumah karenaklien merasa minder dan takut diolok-olok sama temannya..
3. Masalah
dengan pendidikan
Klien mempunyai masalah
dengan pendidikan dimana klien sekarang sudah tidak sekolah lagi karena sakit.
4. Masalah
dengan pekerjaan
Klien belum bekerja.
5. Masalah
dengan perumahan
Klien tidak ada masalah
dengan perumahan dimana klien bila pulang akan tinggal dengan orang tuanya.
6. Masalah
ekonomi
Klien tidak ada masalah
dengan ekonomi dimana segala kebutuhan hidupnya masih jadi tanggungan
7. Masalah
dengan pelayanan kesehatan
Tidak terkaji
8. Masalah
lainnya: -
Masalah keperawatan:
Isolasi sosial, menarik diri
X.
Pengetahuan kurang tentang
Klien
mengatakan kurang begitu tahu tentang penyakit jiwa, klien merasa ia tidak
sakit saat ini dan tidak tahu kenapa dibawa kesini.
Masalah
keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
XI.
Aspek medis
Diagnosa
medis : F .20.13
Schizofrenia hebrefenik episodik berulang.
Terapi
medik : Tablet Haloperidol 5
mg : 1/2 - 0 – 1/2
Tablet Chlorpromazine 100 mg : 0 – 0 - 1
XII.
Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
|
Perilaku kekerasan (masalah utama)
|
Gg konsep diri: Harga diri rendah
|
Ketidakefektifan koping keluarga, ketidakmampuan
keluarga merawat klien dirumah
|
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
|
Defisit perawatan diri, mandi dan berhias
|
Gg pemeliharaan kesehatan
|
penyebab
|
akibat
|
XIII.
Daftar masalah keperawatan
1. Perilaku
kekerasan
2. Regimen
terapi inefektif
3. Resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
4. Kerusakan
integritas kulit
5. Resiko
tinggi terjadinya infeksi
6. Koping
keluarga inefektif
7. Respon
pasca trauma
8. Koping
individu inefektif
9. Kerusakan
komunikasi verbal
10. Resti
cidera
11. Gangguan
konsep diri: harga diri rendah
12. Ansietas
13. Perubahan
proses pikir
14. Kerusakan
interaksi sosial
15. Kurang
pengetahuan tentang penyakitnya.
XIV.
Daftar diagnosa keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan b/d perilaku kekerasan
2. Perilaku
kekerasa b/d harga diri rendah
3. Gangguan
konsep diri: HDR b/d koping individu inefektif.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Keliat, ana budi. Dkk.
2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa, Jakarta; EGC
Keliat, ana budi. Dkk.
2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta; EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika
Aditama
Stuart GW, Sundeen.
2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar