MAKALAH
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN INFERTILITAS
(Memenuhi Tugas Sist. Reproduksi I)

Dosen Pembimbing:
Ns. Diah Eko Martini M. Kep
Disusun oleh:
1.
Firdausi Nur C
2.
Popy Susetyo
|
10.02.01.0658
10.02.01.0676
|
Semester 5/B
PROGRAM STUDI
S-1 KEPERAWATAN
STIKES
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Puji
syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul ”Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Infertilitas” yang mana
makalah ini sebagai salah satu tugas Sistem Reproduksi
I, Alhamdulillah dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Maka
dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1.
Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku
ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2.
Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua
prodi S1 KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan.
3.
Ns. Diah Eko Martini M., Kep selaku dosen
Mata Kuliah Sistem Reproduksi I
4.
Dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan
untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Lamongan, September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3.
Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB
II TINJAUAN TEORI
2.1.
Pengertian............................................................................................ 3
2.2 Klasifikasi............................................................................................ 3
2.3.
Etiologi ............................................................................................... 3
2.4.
Patofisiologi......................................................................................... 9
2.5.
Manifestasi Klinik................................................................................ 12
2.6.
Syarat- Syarat Pemeriksaan Infertil..................................................... 13
2.7.
Pemeriksaan Diagnostik....................................................................... 13
2.8.
Penatalaksanaan................................................................................... 15
2.9 Pengobatan Infertilitas......................................................................... 16
2.10
Teknik Mengatasi infertilitas.............................................................. 19
BAB
III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian............................................................................................ 21
3.2. Diagnosa
keperawatan......................................................................... 25
3.3. Rencana
Asuhan Keperawatan............................................................ 25
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 32
4.2. Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sekalipun
gerakan keluarga berencana telah digalakkan
dengan gencar, tetapi ada sebagian kecil masyarakat sangat mendambakan
keturunan karena telah cukup waktu untuk menunggunya namun belum berhasil.
Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan usia subur atau kurang sama
dengan 7-8 juta orang. Kerisauan mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan terus
berusaha dan dapat berkali-kali berganti dokter yang didengarnya telah berhasil
dalam menolong mereka yang mendambakan kehamilan. Infertilitas
didefinisikan sebagai kegagalan mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil.
Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum pernah hamil sama sekali.
Infertil sekunder digunakan untuk pasien yang pernah hamil sebelumnya (Benson,
2008).
Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20
tahun terakhir) di negara-negara maju karena meningkatnya PMS (terutama gonore
dan klamidia yang kemudian menyebabkan kerusakan tuba), meningkatnya jumlah
mitra seksual (meningkatnya kemungkinan mendapat PMS), sengaja menunda
kehamilan , penggunaan kontrasepsi dan merokok ( > 1bungkus per hari
menurunkan kesempatan hamil sebesar > 20 %). Infertilitas menyebabkan 10 -20
% dari semua kunjungan ke bagian ginekologi.
Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan
fekundibilitas (kemungkinan hamil 1 bulan paparan) hanya 25% pasangan muda
sehat yang sering melakukan hubungan seksual akan hamil perbulan (60% per 6
bulan, 75% per 9 bulan dan 90% per 18 bulan). Fekundibilitas menurun dengan
meningkatnya umur dan efeknya kurang jelas pada wanita dibanding pria. Pada
umur 36-37 tahun kemungkinan hamil kurang dari separuh dibandingkan pada umur
25-27 tahun.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan
masalah medis yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran,
sehingga memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian
yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan penyebab 85%-90% kasus
infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi, 15-20%
pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain
fertilisasi in vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.
Melihat
fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat konsep asuhan keperawatan
klien dengan infertilitas.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas pada bab selanjutnya:
1. Bagaimana
tinjauan teori dari infertilitas?
2. Bagaimana
konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
umum
Mengetahui
tentang konsep asuhan keperawatan klien
dengan infertiitas dan memahami konsep medisnya.
1.3.2
Tujuan
khusus
1. Mengetahui
pengertian dari infertiitas
2. Mengetahui
klasifikasi dari infertiitas
3. Mengetahui
etiologi dari infertiitas
4. Mengetahui
patofisiologi dari infertiitas
5. Mengetahui
manifestasi klinis dari infertiitas
6. Mengetahui
syarat-syarat pemeriksaan infertiitas
7. Mengetahui
pemeriksaan diagnostik dari infertiitas
8. Mengetahui
penatalaksanaan dari infertiitas
9. Mengetahui
pengobatan dari infertiitas
10. Mengetahui
konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Pengertian
Infertilitas
merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan
suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan
seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak.
(Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama
1 tahun belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba,
2001).
Definisi tradisional gasnggusn fertilitas adalah
ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan
hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2006).
2.2
Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas
terdiri dari 2 macam, yaitu:
1)
Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2)
Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan
tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2.3
Etiologi Infertilitas
1)
Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a.
Faktor penyakit
-
Endometriosis
Endometriosis
adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam
rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis
bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau
bahkan dalam rongga perut.
Gejala
umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
-
Infeksi
Panggul
Infeksi
panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian
atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul.
Gejala
umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan
dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan
keputihan dengan cairan yang kental atau berbau.
Infeksi
panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,
pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim,
misalnya: spiral).
-
Mioma
Uteri
Mioma
uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan
tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan
infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan
endometrium).
Mioma
uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
-
Polip
Polip
adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh
mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat
menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
-
Kista
Kista
adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh
tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat berbagai macam
jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting
lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi
mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang
paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit
tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas,
infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak
seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
-
Saluran
Telur yang Tersumbat
Saluran
telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur
sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
Pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rontgen (sinar X) untuk
melihat rahim dan saluran telur.
-
Sel
Telur
Kelainan
pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh
persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan
ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara
3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka
sebaiknya untuk periksa ke dokter.
b.
Faktor fungsional
-
Gangguan
system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Apabila
embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus
spontan pada wanita hamil.
-
Gangguan
pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi
atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah
satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
Ovarium
polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar
androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel
sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi
juga akan terganggu.
-
Gangguan
pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam
keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan
terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam
rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim
terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma
melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah
sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran
telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.
Kelainan
pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya
gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
-
Gangguan
implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah
sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang
memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan
pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan
endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai
c.
Lingkungan
Paparan
radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida
dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi
yang akan mempengaruhi kesuburan
2)
Penyebab pada laki-laki (suami)
a.
Kelainan pada alat kelamin
-
Hipospadia
yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan
testis
-
Ejakulasi
retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
-
Varikokel
yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu besar,
sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti
mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
-
Testis
tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b.
Kegagalan fungsional
-
Kemampuan
ereksi kurang
-
Kelainan pembentukan spermatozoa
-
Gangguan pada sperma
c.
Gangguan
di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan
biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan
hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta
mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan
untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d.
Gangguan
di daerah testis (testicular)
Kerja
testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau
infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan
baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis
sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh,
yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh
terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
e.
Gangguan
di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan
terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir,
terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang
disengaja.
f.
Tidak
adanya semen
Semen
adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya
disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
g.
Kurangnya
hormon testosterone
Kekurangan
hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
h.
Lingkungan
Pada
lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.
3)
Penyebab
pada suami dan istri
a.
Gangguan
pada hubungan seksual
Kesalahan
teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi,
ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b.
Factor
psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1)
Masalah
tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2)
Masalah
dalam pendidikan
3)
Emosi karena didahului orang lain hamil
2.4
Patofisiologi
1)
Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan
infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus
yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi
gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan
toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem
reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan
perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi
dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium,
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia
tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan
infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi
sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi
berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus.
2)
Laki-laki
Abnormalitas
androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
Inflamasi berlanjut perlengkatan
|
infeksi
|
Gg bentuk anatomi system reproduksi
|
Radiasi dan toksik
|
Gg stimulasi hipofisis, hipotalamus
|
Gg implantasi zigot
|
abortus
|
Pembentukan
FSH dan LH tidak kuat
|
Gg dlm pembentukan folikel ovarium
|
Abnormalitas ovarium
|
Gg pd ovulasi
|
Ovum tidak dpt lewat
|
Tdk trjd fertilitas dr ovum&sperma
|
Gg interaksi sperma
|
Sperma tidak bertahan
|
infertilitas
|
Gg kosep diri:
HDR
|
Metode investigasi fertilitas
|
Resti kerusakan
koping individu
|
Tes diagnostik
|
Nyeri akut
|
ansietas
|
Prognosis buruk
|
Kurang control trhdp prognosis
|
ketidakberdayaan
|
berduka
|
2.5
Manifestasi Klinis
1)
Perempuan
-
Terjadi kelainan
system endokrin
-
Hipominore dan
amenore
-
Diikuti
dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada
aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
-
Wanita
dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
-
Wanita
infertil dapat memiliki uterus
-
Motilitas
tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi,
atau tumor
-
Traktus reproduksi internal yang
abnormal
2)
Laki-laki
-
Riwayat
terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
-
Status
gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Riwayat infeksi genitorurinaria
-
Hipertiroidisme dan hipotiroid
-
Tumor hipofisis atau prolactinoma
-
Disfungsi ereksi berat
-
Ejakulasi retrograt
-
Hypo/epispadia
-
Mikropenis
-
Andesensus testis (testis masih dalam
perut/dalam liat paha
-
Gangguan spermatogenesis (kelainan
jumla, bentuk dan motilitas sperma)
-
Hernia scrotalis (hernia berat sampai
ke kantong testis )
-
Varikhokel (varises pembuluh balik
darah testis)
-
Abnormalitas cairan semen
2.6
Syarat-syarat Pemeriksaan Infertil
Menurut Wikjosastro (2002), syart pemeriksaan
infertil antara lain :
1.
Istri yang berumur antar 20-30 tahun baru akan
diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan
dapat dilakukan lebih dini apabila : pernah mengalami keguguran berulang,
diketahui mengidap kelainan endokrin, pernah mengalami peradangan rongga panggul
atau rongga perut dan pernah mengalami bedah ginekologi.
2.
Istri yang berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada
kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter.
3.
Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40
tahun hanya dilakukan pemeriksaaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari
perkawinanya ini.
4.
Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada
pasangan infertil yang salah satu pasangannya mengidap penyakit membahayakan
kesehatan istri atau anaknya.
2.7
Pemeriksaan Diagnostic
a.
Pemeriksaan fisik:
-
Hirsutisme diukur
dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
-
Pembesaran kel
tiroid
-
Galaktorea
-
Inspeksi lender
serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
-
PDV untuk
menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
b.
Pemeriksaan penunjang
a)
Analisis sperma
Pengeluaran
sperma dapat dilakukan di laboratorium yang menyedian tempat untuk pasien
mengeluarkan sperma. Pengeluaran juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa
membawa specimen dari waktu dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari 30
menit. Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari sebelum
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah
sebagai berikut: Volume
2-5 cc, Jumlah > 20 juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal;
likuefaksi: 15-30 menit.
Bila dijumpai hasil analisis
sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya diperlukan pemeriksaan
ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/ nyaman guna
mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis
sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan pemilihan
penatalaksanaan infertilitas.
b)
Deteksi ovulasi
-
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi
teratur :siklus ovulatoar
-
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah
ovulasi : Bifasik
-
Uji
benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi
Estradiol meningkat
c)
Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah
semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab
infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan
tentang hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang
diperiksa adalah gonadotropin (follicle stimulation hormone (FSH), hormone
luteinisasi (LH), dan hormone (estrogen dan progesterone, prolaktin).
Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat
menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu
pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga
kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan
selanjutnya.
FSH serum: 10-60 mIU/ml
LH serum: 15-60 mIU/ml
Estradiol: 200-600
pg/ml
Progesterone: 5-20
mg/ml
Prolactin: 2-20 mg/ml
d)
Sitologi
vagina
Pemeriksaan usap
forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
e)
Uji
pasca senggama
Pemeriksaan
uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa
menyerbu lender serviks. Caranya dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan
setelah dua jam, dating kerumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviksdimbil
dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dilendir
tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari
ke-12. 13, dan 14 dengan perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama.
Hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para ahli.
f)
Biopsy
endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh
progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum
haid.
g)
Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri
dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus,
distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.
h)
Laparoskopi
Standar emas untuk
mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
i)
Pemeriksaan
pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi
jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan
maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri
j)
Analisa
Semen
-
Analisis semen merupakan tes untuk
mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria. Semen merupakan cairan berwarna
putih kental berisis sperma yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan sperma
dapat diambil melalui masturbasi untuk
kemudian dimasukkan ke dalam container steril juga dapat dikumpulkan selama
persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus.
-
Persiapan khusus yang harus dilakukan
untuk pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan
ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes. Tes ini pentin untuk mengevaluasi
fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya
karena gangguan reproduksi atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas.
Selain itu pemeriksaan kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi
untuk memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.
-
Parameter
Warna Putih keruh
-
Bau
Bunga akasia
-
PH 7,2 - 7,8
-
Volume
2 - 5 ml
-
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
-
Jumlah sperma 20 juta / ml
-
Sperma motil > 50%
-
Bentuk
normal > 60%
-
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
-
persentase gerak sperma motil > 60%
-
Aglutasi
Tidak ada
-
Sel-sel
Sedikit,tidak ada
-
Uji
fruktosa 150-650 mg/dl
k)
Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk
menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai
penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon
tesrosteron, FSH, dan LH.
l)
USG
transvaginal
Secara serial: adanya
ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi: ukuran volikel
18-24m
m)
Biopsi
testis
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk
mengidentifikasi adanya kelainan patologi
n)
Uji
penetrasi sperma
o)
Uji
hemizona
2.8
Penatalaksanaan
1)
Perempuan
a.
Pengetahuan
tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital
b.
Pemberian terapi obat, seperti;
1.
Stimulant
ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2.
Terapi penggantian hormon
3.
Glukokortikoid
jika terdapat hiperplasi adrenal
4.
Penggunaan
antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang
adekuat
5.
GIFT
( gemete intrafallopian transfer )
6.
Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki
tuba yang rusak secara luas
7.
Bedah
plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
8.
Pengangkatan tumor atau fibroid
9.
Eliminasi
vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2)
Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi
jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron
Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki
hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan
spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk
mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk
mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan
perbaikan kualitas sperma
i.
Perubahan
gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j.
Perhatikan
penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
2.9
Pengobatan infertilitas
Sekitar 50% pasangan infertil dapat
berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimistik baik bagi dokter maupun
pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan rangsangan
pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan sondase uterus dapat menaikkan
laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan
kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama
pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan
sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut:
|
Penyebab
infertilitas
|
Jenis
pengobatan
|
Suami
|
Hidrokel
|
Aspirasi
atau eksisi
|
Varikokel
|
Ligasi
|
|
Bendungan
vasa atau epididimis
|
Operasi
pintas
|
|
Oligozoospermia
|
FSH
dan hCG, FIV dengan SSIS
|
|
Gangguan
spermatogenesis
|
Hindari
berendam air panas dan pemakaian celana ketat
|
|
Istri
|
Tuberkulosis
|
Tuberkulostatika
|
Endometriosis
|
Operasi,
koagulasi listrik atau laser, progesteron, danazol, medroksiprogesteron
asetat, dehidroretroprogesteron, antiprogestin, anastrosol
|
|
Miom
uterus operabel
|
Operasi
konservatif
|
|
Spasme
tuba
|
Hiosin
amilnitrit, triemonium
|
|
Obstruksi
tuba
|
Operasi
rekonstruksi, FIV
|
|
Gangguan
ovulasi
|
Pemicuan
ovulasi (klomifen sitrat, epimestrol, tamoksifen, siklofenil, metformin,
pioglutazon, hMG/hCG, FSH-murni, GnRH); pelubangan(drilling) ovarium
|
|
Keduanya
|
Idiopatik
|
Inseminasi
buatan, TAGIT, TAPIT, TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi
|
2.10 Teknik
mengatasi infertilitas
1)
Inseminasi buatan
Inseminasi
buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI) dilakukan
dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari priake dalam organ
reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami. Cairan
semen yang mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari seorang suami
kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan
kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah
pertama sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.
2)
GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)
GIFT yang
merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan teknik yang
mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan.
Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur
wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan
menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan
tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui
irisan kecil di bagian perut melalui operasilaparoskopik. Sehingga diharapkan
langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.
3)
IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In
Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-mula sel
telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh wanita. Lalu
setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan kedalam
rahim melalui serviks
4)
ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote
Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot atau sel telur yang
telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seltelur dari
indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel
telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi melalui
pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan
kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
5)
ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau
Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan sebuah sel sperma
langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun
tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.
BAB III
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1.
Identitas Klien
Nama, jenis kelamin,
suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
2.
Riwayat
Kesehatan
A.
Wanita
a.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
1) Riwayat
terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi
genitorurinaria
3) Hipertiroidisme
dan hipotiroid,
hirsutisme
4) Infeksi bakteri
dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis
atau prolaktinoma
6) Riwayat
penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
1)
Endometriosis dan endometrits
2)
Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3)
Gangguan ovulasi
4)
Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5)
Autoimun
c.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Memiliki
riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d.
Riwayat
Obstetri
1)
Tidak hamil dan melahirkan selama satu
tahun tanpa alat kontrasepsi
2)
Mengalami aborsi berulang
3)
Sudah pernah melahirkan tapi tidak
hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
A. Pria
a.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
1)
Riwayat terpajan benda – benda mutan
yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol,
infeksi)
2)
Status gizi dan nutrisi terutama
kekurangan protein dan vitamin tertentu
3)
Riwayat infeksi genitorurinaria
4)
Hipertiroidisme dan hipotiroid
5)
Tumor hipofisis atau prolactinoma
6)
Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7)
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu
spermatogenesis
8)
Pernah menjalani operasi yang berefek
menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran
kemih
9)
Riwayat vasektomi
b.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
1)
Disfungsi ereksi berat
2)
Ejakulasi retrograt
3)
Hypo/epispadia
4)
Mikropenis
5)
Andesensus
testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6)
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7)
Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia
scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9)
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga
dengan aberasi genetik
B. Pemeriksaan
Fisik
Terdapat
kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a.
Pemeriksaan wanita
Ø Pemeriksaan
vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani
ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan
psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat
karena bawaan atau perolehan.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat yang disebut
spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina terbuka. Kemudian mengambil
cairan vagina untuk dianalisa di laboratorium.
Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan
lutut terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan
rasa sakit, sehingga pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui
secara jelas apakah ada masalah pada vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid,
kista indung telur, atau gangguan lain.
Ø Pemeriksaan
leher rahim
Pemeriksaan
standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu
dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang
aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim
diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan
melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina selama
24 jam setelah PAP Smear.
b.
Pemeriksaan Pria
Ø Mengamati
kelainan fisik
Dalam
kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak
rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan
hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa
adalah kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat
mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu
testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi
sperma.
Ø Penampungan
air mani
Air
mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang
bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya
penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam
setelah dikeluarkan.
C. Pemeriksaan
Penunjang
1)
Wanita
a) Deteksi Ovulasi
b) Analisa hormone
c) Sitologi vagina
d) Uji pasca senggama
e) Biopsy endometrium terjadwal
f) Histerosalpinografi
g) Laparoskopi
h) Pemeriksaan pelvis ultrasound
2)
Laki-laki
a)
Analisa Semen
ü Parameter
ü Warna Putih keruh
ü Bau Bunga akasia
ü PH 7,2 - 7,8
ü Volume 2 - 5 ml
ü Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
ü Jumlah sperma 20 juta / ml
ü Sperma motil > 50%
ü Bentuk normal > 60%
ü Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2
detik
ü persentase gerak sperma motil >
60%
ü Sel – sel Sedikit,tidak ada
ü Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b)
Pemeriksaan endokrin
c)
USG
d)
Biopsi testis
e)
Uji penetrasi sperma
f)
Uji hemizona
3.2 DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri
rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan
dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek
test diagnostic
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
kurang kontrol terhadap prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan
koping individu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam
investigasi fertilitas
3.3 RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Dx.1 :
Ansietas
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan
: setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien
berkurang
Kriteria
Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang
infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya
peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan
tentang infertile
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan
tujuan test dan prosedur
|
Menurunkan
cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis
|
Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah.
|
Biarkan
pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan
tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran
diri
|
Dorong
keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
|
Meyakinkan
bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
|
Kolaborasi
: berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi
|
Mungkin
diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat startegi koping adekuat
|
2) Dx.2 :
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan
tentang infertile
2. Terjalin kontak mata saat
berkomunikasi
3. Kliwn mampu Mengidentifikasi aspek
positif diri
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tanyakan
dengan nama apa pasien ingin dipanggil
|
Menunjukan
kesopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
|
Identifikasi
orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus
memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
|
Memungkinkan
privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap
dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien
|
Dengarkan
dengan aktif masalah dan ketakutan pasien
|
Menyampaikan
perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan
maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif
|
Dorong
mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya
|
Membantu
pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup
|
Diskusikan
pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit
/ kondisi
|
Persepsi
pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba
atau kemudian
|
3) Dx.3 :
Berduka
dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan
: setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu melakukan
mekanisme koping yang baik
Kriteria
Hasil:
1. Klien Menunjukan rasa pergerakan
kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada
tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Berikan
lingkungan yang terbuka pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan
perasaan dan masalah secara realitas
|
kemampuan
komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman
dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan
berhadapan dengan perasaan
|
Identifikasi
tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar - menawar,
depresi, penerimaan
|
Kecermatan
akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi
rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda
|
Dengarkan
dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan
|
Proses
berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang
lain
|
Identifikasi
dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya
makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
|
Mungkin
dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari
rasa berduka
|
Kaji
kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk
|
Identifikasi
dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi
induvidual
|
Kolaborasi
: rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai
petunjuk
|
Mungkin
dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana,
dan menghadapi masa depan
|
4. Dx.4 :
Nyeri
akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan
: setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria
Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
3. Skala nyeri 0-3
4. Ttv dalam rentang normal
5. Klien mengetahui penyebab nyeri
6. Kliem mampu menggunakan teknik
distraksi relaksasi dengan baik
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Lakukan komunikasi
terapeutik
|
kemampuan komunikasi
terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman
dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan
berhadapan dengan perasaan
|
Pantau lokasi,
lamanya intensitas dan penyebaran (PQRST)
|
Perhatikan tanda
nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya |
Jelaskan penyebab
nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri
|
Memberikan kesempatan
untuk pemberian analgesik sesuai waktu
|
Berikan tindakan
relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat
|
Menurunkan tegangan
otot dan meningkatan koping efektif
|
Bantu atau dorong
penggunaan nafas efektif
|
Mengarahkan kembali
perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
|
Bimbingan imajinasi
|
Mengontrol aktivitas
terapeutik
|
5. Dx.5 :
Ketidakberdayaan
berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
Tujuan
: setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu menerima
keadaannya
Kriteria
Hasil:
1. Klien mampu Mendemonstrasikan teknik
/ perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
2. Klien mau Melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
3. Klien mampu Mengidentifikasi sumber
pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari
|
Membantu
dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
|
Hindari
melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
|
Pasien
ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun
bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting
bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri
|
Sadari
perilaku / aktivitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan
|
Dapat
menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan
keamanan pasien
|
Pertahankan
dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya
|
Pasien
akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara konsisten
|
6. Dx.6 :
Resiko
tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode
yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan
: setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan koping
individu tidak terjadi
Kriteria
Hasil:
1. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah
laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
2. Klien Menunjukan kewaspadaan dari
koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
3. Klien dapat Memenuhi kebutuhan
psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai,
identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
4. Klien mampu Membuat keputusan dan
menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
|
kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
|
Kembangkan
mekanisme adaptif
|
mengubah
pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan
terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
|
Bantu
klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
|
Pengenalan
terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang
terhadap stresor
|
Libatkan
pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal
dalam rencana pengobatan
|
Keterlibatan
memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
|
Dorong
pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup
|
Fokus
perhatian pasien pada realitas situasi yang ada.
|
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
perlu.
|
Perubahan
yang perlu harus diprioritaskan secara realisti untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Ø Infertilitas
merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Ø Infertilitas
(pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Ø Klasifikasi
infertilitas :
1. Infertilitas
Primer
2. Infertilitas
Skunder
Ø Etiologi
1.
Penyebab
infertilitas pada perempuan (istri)
a.
Faktor penyakit
ü Endometriosis
ü Infeksi
Panggul
ü Mioma
Uteri
ü Polip
ü Kista
ü Saluran
Telur yang Tersumbat
ü Sel
Telur
b.
Faktor fungsional
ü Gangguan
system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
ü Gangguan
pada pelepasan sel telur (ovulasi)
ü Gangguan
pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
ü Gangguan
implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
c.
Lingkungan
2.
Penyebab pada
laki-laki (suami)
a.
Kelainan pada alat
kelamin
b.
Kegagalan
fungsional
c.
Gangguan di daerah sebelum testis
(pretesticular)
d.
Gangguan di daerah testis (testicular)
e.
Gangguan di daerah setelah testis
(posttesticular)
f.
Tidak adanya semen
g.
Kurangnya hormon testosterone
h.
Lingkungan
3.
Penyebab pada suami dan istri
a.
Gangguan pada hubungan seksual
b.
Factor psikologis antara kedua pasangan
(suami dan istri)
4.2
SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu
kami sangat mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk
kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi
makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2011.
Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita,
Bayi Dan Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC
Bobak.
2004. Buku ajar keperawatan maternitas
edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta:EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta:EGC
Benson,
Ralph.2008. Buku saku obstetri dan
ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth.
2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal
Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC
terima kasih sudah berbagi informasinya
BalasHapusOBAT KUAT
OBAT KUAT