Selasa, 27 November 2012

asuhan keperawatan gagal jantung


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal
Penyakit gagal jantung sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti TBC atau Efusi pleura. Hal ini disebabkan karena posisi kedua organ berada di daerah yang hampirsama letaknya .Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien gagal jantung sering menunjukkan gejala Dilatasi, Hipertropi, Aktifitas simpatis meningkat HR meningkat, TD meningkat, Vasokontriksi perifer,Retensi Na dan H2 O untuk mengetahui venous return, Ekstrak O2 oleh jaringan tubuh meningkat.
Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit organ dalam, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis gagal jantung serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.

1.1       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep teori gagal jantung?
2.      Bagaimana konsep teori asuhan keperawatan gagal jantung?
3.      Bagaimana contoh kasus dan asuhan keperawatannya?
1.3       Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang konsep teori gagal jantung
2.      Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan gagal jantung
3.      Untuk mengetahui beberapa contoh dari contoh kasus dan cara membuat asuhan keperawatannya


BAB II
KONSEP TEORI GAGAL JANTUNG

2.1               Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal
Ketidakmampuan miocard berkontraksi sempurna (kegagalan miocard) secara umum disebabkan oleh :
·      Stroke volume dan cardiac output menurun   MCI, cardiomiopati dan miocarditis
·      Beban tekanan berlebihan (afterload) sehingga pengosongan ventrikel terhambat menyebabkan stroke volume menurun   hipertensi dan stenosis aorta
·      Kebutuhan metabolisme meningkat anemia, demam dan tirotoksikosis
·      Hambatan pengisian ventrikel disebabkan oleh gangguan aliran masuk ke ventrikel, output ventrikel berkurang, cardiac output menurun, bendungan arteri pulmonalis dan beban sistolik pada ventrikel kanan.

2.2               Etiologi
Faktor presdiposisi gagal jantung adalah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, kardiomiopati, penyakit pembuluh darah atau penyakit kongenital dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel seperti stenosis  mitral, kardiomiopati atau penyakit pericardial
Faktor pencetus gagal jantung antara lain meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infark miocard akut esensial, serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam, emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan dan endokarditis infektif.
Sebelum terjadi dekompensasi jantung atau gagal jantung, didahului oleh mekanisme kompensasi yaitu :
  • Dilatasi
  • Hipertropi
  • Aktifitas simpatis meningkat HR meningkat, TD meningkat, Vasokontriksi perifer
  • Retensi Na dan H2 O untuk mengetahui venous return
  • Ekstrak O2 oleh jaringan tubuh meningkat
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas :
·         Gagal jantung kiri (Decompensation cordis sinistra)
·         Gagal jantung kanan (Decompensation cordis dextra)
·         Gagal jantung kongestif (Congestive Hearth Failure)

2.3               Patofisiologi
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk  mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF). Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung, sehingga menimbulkan manifestasi klinik  dan masalah keperawatan.



2.4               Manifestasi Klinis
GAGAL JANTUNG KANAN
GAGAL JANTUNG KIRI
Oedema /pitting odema
Anoreksia/perut kembung
Nausea
Ascites
Jugulare Vein Pressure meningkat
Pulsasi vena jugularis
Hepatomegali/liver engorgement
Fatiq
Hipertropi jantung kanan
Irama derap/gallop ventrikel kanan
Irama derap/gallop atrium kanan
Mumur
Tanda-tanda penyakit paru kronik
Bunyi P2 mengeras
Hidrothorax
Lemas/fatique
Berdebar-debar
Sesak nafas (dyspneu d’effort)
Orthopnea
Dyspnea nocturnal paroxismal
Pembesaran jantung
Keringat dingin
Takhikardia
Kongesti vena pulmonalis
Ronchi basah dan wheezing
Terdapat BJ III dan IV (Gallop)
Cheynes stokes


















New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
(empat) kelas, antara lain :
  • Kelas 1  =   bila klien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
  • Kelas 2  =  bila klien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari     tanpa keluhan
  • Kelas 3   =  bila klien tidak dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
  • Kelas 4   =  bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun an harus tirah baring

2.5               Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan foto thoraks   mengidentifikasi kardiomegali, infiltrat prekordial kedua paru dan effusi pleura
2.      EKG   mengidentifikasi penyakit yang mendasari seperti infark miocard dan aritmia
3.      Pemeriksaan lain seperti Hb, leukosit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.

2.6               Penatalaksanaan
1.      Menghilangkan faktor pencetus
2.      Mengendalikan gagal jantung dengan memperbaiki fungsi pompa jantung, mengurangi beban jantung dengan pemberian diet rendah garam, diuretik dan vasodilator
3.      Menghilangkan penyakit yang mendasarinya, baik secara medis atau bedah
4.      Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agar PaCO
5.      sekitar 60 – 100 mmHg (saturasi O290 – 98 %) dan menurunkan konsumsi O
6.      Pemberian obat-obatan sesuai dengan program, seperti morfin diberikan untuk menurunkan faktor preload dan afterload ; Furosemide untuk mengurangi oedema/diuresis ; Aminofilin untuk merangsang miokardium ; obat Inotropik (Digitalis glikosida, Dopamin HCL, Phosphodiesterase inhibitor) meningkatkan kontraktilitas miokardium ; ACE inhibitor menurunkan afterload dan meningkatkan kapasitas fisik ; Nitrogliserin untuk menurunkan hipertensi vena paru.
7.      Bila perlu monitoring menggunakan Central Venous Pressure atau juga dengan Swan Ganz Chateter.
2.1                         Komplikasi
1.      Edema paru
2.      Fenomena emboli
3.      Gagal/ infark paru   gagal nafas
4.      Cardiogenik syok


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1       Pengkajian
1.      Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
2.      Riwayat kesehatan klien
a.       Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji  dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus (menetap).
R  : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
3.      Pemeriksaan fisik
a.   Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b.   Sirkulasi
1.      Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
2.      Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
3.      Suara  jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
4.      Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
5.      Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
6.      Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
7.      Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
8.      Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c.    Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d.   Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e.    Personal Hygiene
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f.    Neuro sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g.   Kenyamanan
1.      Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
2.      Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
3.      Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran. 
h.   Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i.     Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j.    Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
k.  Pemeriksaan  diagnostik
1.      ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2.      Enzym dan isoenzym pada jantung:  CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
3.      Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4.      Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
5.      Analisa gas darah:  Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut.
6.      Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7.      Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
8.      Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9.      Exercise stress test:  Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
3.2       Diagnosa Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi ,irama,konduksi listrik.
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3.      Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerulus(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi ntrium atau air.
4.      Resiko kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolus.
5.      Resiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d tirah baring lama,edema,dan penurunan perfusi jaringan.
6.      Kurang pengetahuan b.d kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung dan penyakit gagal jantung
3.1       Intervensi
a.     Dx.1
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan menunjukkan TTV dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol/hilang) dan bebas dari gejala gagal jantung.
Kriteria hasil:
Curah jantung klien adekuat kembali ditandai dengan :
Tanda vital dalam batas normal yang dapat diterima sesuai batas usia
Frekwensi jantung dan curah jantung dalam batas diterima
Haluaran urine meningkat
Rencana:          
1.    Auskultasi nadi apical;kaji frekuensi;irama jantung.
R/ : biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler
2.    Catat bunyi jantung
R/ : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.irama gallop umum(S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi.Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.
3.    Palpasi nadi perifer.
R/ : penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial,popliteal,dorsalis pedis,dan postibial.Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi,dan pulsus alternan (denyut kuat lain dan denyut lemah) mungkin ada.
4.    Pantau TD.
R/ : pada GJK dini,sedang atau kronis TD dapat mengikat sehubungan dengan SVR.pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tak dapat normal lagi.
5.    Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
R/ : pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung,vasokontriksi,dan anemia.Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK.Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
6.    Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
R/ : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
7.    Pemberian cairan IV,pembatasan jumlah total sesuai indikasi.hindari cairan garam.
R/ : karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri,pasien tidak dapat mentoleransi peningkatan volume cairan (preload).Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard.
b.      Dx.2
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina
Kriteria hasil:
Klien mendemonstrasikan peningkatan aktifitas yang ditoleransi
Vital sign dalam batas yang dapat diterima selama dan sesudah aktifitas
Mengungkapkan peningkatan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari
Rencana:        
1.    Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas,khususnya bila pasien menggunakan vasodilator,diuretic,penyekat beta.
R/ : hipotensi ortostastik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi) ,perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2.    Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas,catat takikardi,disritmia,dispnea, berkeringat,pucat.
R/ : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan voleme sekuncup selama aktivitas,dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3.    Kaji  presipirator/penyebab kelemahan contoh pengobatan,nyeri,obat.
R/ : kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,traquilizer,dan sedatif). Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energy dan menyebabkan kelemahan.
4.    Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
R/ : dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
5.    Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.selingi periode aktivitas dengan  periode istirahat.
R/ : pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard/kebutuhan oksigen berlebihan.
6.    Implementasikan program rehabilitasi jantung/aktivitas
R/   : peningkatan terhadap aktivitas menghindari kerja jantung atau konsumsi oksigen berlebihan.Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress,bila disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
c.       Dx.3
Tujuan: volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaan,bunyi nafas bersih/jelas,tanda vital dalam rentang yang dapat diterima,berat badan stabil,dan tak ada edema.
Kriteria hasil:
Klien memperlihatkan tidak adanya tanda kelebihan beban cairan ditandai dengan :
Tidak adanya odema
Penurunan berat badan/kembali pada berat badan dasar
Tidak ditemukan peningkatan vena jugularis
Rencana:       
1.    Pantau haluaran urine,catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadi.
R/ : haluaran urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal.Posisi terlentang membantu dieresis;sehingga haluaran urine dapat ditingkatkan pada malam hari.
2.    Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
R/ : terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
3.    Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.
R/ : posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan dieresis.
4.    Buat jadwal pemasukan cairan,digabung dengan keinginan minum bila mungkin. Berikan perawatan mulut/es batu sebagai bagian dari kebutuhan cairan.
R/ : melibatkan pasien dalam program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol dan kerjasama dalam pembatasan.
5.    Timbang berat badan tiap hari.
R/ : catat perubahan ada/hilangnya edema sebagai respons terhadap terapi.Peningkatan 2,5 kg menunjukkan kurang lebih 2L cairan.Sebaliknya,diuretic dapat mengakibatkan cepatnya kehilangan/perpindahan cairan dan kehilangan berat badan.
6.    Auskultasi bunyi nafas,catat penurunan dan/atau bunyi tambahan,contoh krekels,mengi.Catat adanya peningkatan dispnea,takipnea,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal,batuk persisten.
R/ : kelebihan volume cairan sering menimbulkan Kongesti paru.Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.Gejala pernafasan pada gagal jantung kanan  (dispnea,batuk,ortopnea) dapat timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.
7.          Pantau TD dan CVP (bila ada)
R/ : hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat menunjukkan terjadinya/peningkatan kongesti paru,gagal jantung.
8.          Berikan makanan yang mudah dicerna,porsi kecil dan sering.
R/ :  penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan absorbs. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti/mencegah ketidaknyamanan abdomen.
9.          Dorong untuk menyatakan perasaan sehubungan dengan pembatasan.
R/ : ekspresi perasaan/masalah dapat menurunkan stress/cemas, yang mengeluarkan energy dan dapat menimbulkan perasaan lemah.
10.      Konsul dengan ahli diet.
R/ : perlu memberikan diet yang dapat diterima pasien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
d.      Dx.4
Tujuan: ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/oksimetri dalam rentang  normal dan bebas dari gejala distress pernafasan.
Kriteria hasil:
Klien memperlihatkan perbaikan pertukaran gas ditandai dengan :
Klien bernafas tanpa kesulitan
Menunjukkan perbaikan pernafasan
Paru bersih pada auskultasi  
Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas normal
Rencana:                                                           
1.    Anjurkan pasien batuk efektif,nafas dalam.
R/ : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
2.    Dorong perubahan posisi dengan sering.
R/ : membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
3.    Pertahankan duduk dikursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30 derajat,posisi semi fowler.sokong tangan dengan bantal.
R/ : menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan inflamasi paru maksimal
4.    Pantau/gambarkan seri GDA,nadi oksimetri.
R/ : hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.perubahan kompensasi biasanya ada pada GJK kronis.
5.    Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/ : meningkatkan kosentrasi oksigen alveolar,yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
6.    Berikan obat sesuai indikasi.
-        Diuretic contoh furosemid (lasix).
R/ : menurunkan kongesti alveolar,meningkatkan pertukaran gas.
-        Bronkodilator contoh aminofilin.
R/ : meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan nafas kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongesti paru.
e.       Dx.5
Tujuan: mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil:
Tidak terjadi tanda-tanda adanya resiko kerusakan integritas kulit.
Rencana: 
1.    Lihat kulit,catat penonjolan tulang,adanya edema, area sirkulasinya terganggu/ pigmentasi,atau kegemukan/kurus.
R/ :  kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer,imobilitas fisik,dan gangguan ststus nutrisi.
2.    Pijat area kemerahan atau yang memutih.
R/ : meningkatkan aliran darah,meminimalkan hipoksia jaringan.
3.    Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi,bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
R/ : memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
4.    Berikan perawatan kulit sering,meminimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
R/ : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
5.    Hindari obat intramuskuler.
R/ : edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
6.    Berikan tekanan alternative/kasur,kulit domba,perlindungan siku/tumit.
R/ : menurunkan tekanan pada kulit,dapat memperbaiki sirkulasi.
f.       Dx.6
Tujuan : dapat memahami hubungan fungsi jantung dan penyakit gagal jantung.
Kriteria hasil:
Pasien dapat menjelaskan kembali informasi yang telah kita berikan
Pasien mengetahui apa saja terapi terapautik yang harus dilakukan
Rencana :
1.    Diskusikan fungsi jantung normal,meliputi informasi sehubungan dengan perbedaan pasien dari fungsi normal.Jelaskan perbedaan antara serangan jantung dan GJK.
R/ : pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
2.    Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan,dan istirahat diantara aktivitas.
R/ : aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi melemahkan jantung,eksaserbasi kegagalan
3.    Diskusikan obat,tujuan dan efek samping.berikan instruksi secara verbal dan tertulis.
R/ : pemahaman kebutuhan terapeutik dan pentingnya upaya pelaporan efek samping dapat mencegah terjadinya komplikasi obat.Cemas dapat menghambat pemasukan keseluruhan atau detil dan pasien/orang dekat merujuk ke materi tulisan pada kertas untuk menyegarkan ingatan.
4.    Anjurkan makan diet pada pagi hari.
R/ : memberikan waktu adekuat untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.

                                                                                                                           


BAB IV
CONTOH KASUS
4.1                                                                                                                                                                   Kasus
Tn. T datang ke IGD RSML dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas telah dirasakan oleh Tn. T sejak satu  bulan terakhir sebelum MRS, sesak nafas memberat ketika malam hari, ketika batuk dan melakukan aktivitas. Suhu: 37 0C, TD: 80/60 mmHg,TB: 170 cm, Nadi      : 100X/menit. RR: 30X/menit , BB: 53 kg. Sewaktu kecil Tn. T tidak pernah mengalami penyakit yang serius, Tn. T terkadang batuk, pilek, panas saja dan dari pihak keluarga juga sama halnya dengan Tn.T
4.2                                                                                                                                                                   Asuhan keperawatan
a.     Pengkajian

Nama                    : Tn. T                                     Tanggal MRS               :23-4-2010

Sumber Informasi            : Pasien dan istrinya                Umur                           : 45 Tahun
Jenis Kelamin       : Laki – Laki                            Keluarga Terdekat      : Istri
Alamat                 : Jl. Lamongan-Babat No.75   Pendidikan                  : SMA
Status Perkawinan: Kawin                                   Pekerjaan                     : Swasta
1.    Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
MRS : Klie dirujuk dari RSM lamongan dengan indikasi, Gagal jantung / PJK,
Saat dikaji Klien  : masih mengeluh  sesak napas.
2.    Riwayat Penyakit Sekarang :
3.    Riwayat Penyakit Yang Lalu :
§  Penyakit yang pernah dialami : kanak-kanak , panas, batuk, pilek
§  Operasi  : Tidak pernah
4.    Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang dialami
b.    Pola aktivitas sehari-hari
A.  Pola tidur / istirahat :
1.    waktu Tidur    : RM  21.00 WIB                    RS : Tidak teratur
2.    Waktu Bangun: RM  05.00  WIB                   RS : teratur
3.    Masalah Tidur : ada masalah tidur jika sesak nafas dan nyeri dada timbul
4.    Hal – hal yang mempermudah tidur   : Memakai bantal lebih dari tiga
5.    Hal – hal yang mempermudah pasien terbangun :suasana gaduh dan sesak nafas
B.   Pola Eliminasi :
1.    BAB :
·       Frekuensi : RM 1-3 X/hr(pagi dan siang)
·       Warna : kuning
·       Konsistensi : lembek
·       Bau : khas
2.    BAK :
·       Frekuensi : RM 4-5 X/hr
·       Warna : kuning
·       Banyak : kurang lebih 1500cc/hr
·       Bau : amoniak
3.    Kesulitan BAB / BAK            : tidak mengalami kesulitan BAB dan BAK
4.    Upaya / cara mengatasi masalah tersebut : tidak ada
C.   Pola Makan Dan Minum :
1.    Jumlah dan jenis makanan      : nasi, sayur, lauk, buah
2.    Waktu pemberian makanan     : 3 kali sehari (pagi,siang,dan malam)
3.    Jumlah dan jenis cairan           : kurang lebih 1500cc/hr
4.    Waktu pemberian cairan         : habis makan, sore, dan bangun tidur
5.    Pantangan       : tidak ada
6.    Masalah makan dan minum    : tidak ada
a.     Kesulitan mengunyah             : tidak ada
b.    Kesulitan menelan                   : tidak ada
c.     Mual dan muntah                    : tidak ada
d.    Tidak dapat makan sendiri      : tidak ada
7.    Upaya mengatasi masalah       : tidak ada
8.    Berat dan tinggi badan           : 53 kg, 170 cm
9.    Perubahan berat 6 bulan terakhir : tidak pernah menimbang berat badan
D.  Kesehatan diri / Personal hygiene       :
1.    Pemeliharaa badan                  : mandi 2X sehari (pagi dan sore)
2.    Pemeliharaan gigi dan mulut   : gosok gigi 2X sehari waktu mandi
3.    Pemeliharaan kuku                  : kurang teratur, saat merasa sudah panjang baru di potong
E.   Pola kegiatan / aktivitas lain   :
1.    Kegiatan dalam pekerjaan : Naik dan turun tangga
2.    Olah raga
3.    Jenis  : Jalan kaki
4.    Frekuensi : tidak tentu
5.    Kesulitan dalam hal :(X)  mudah merasa lelah
F.    Pola bekerja
0.      Jenis pekerjaan : Berat   lama 23  tahun
1.      Jumlah jam kerja : 07.00 – 17.00.00 lama : 10 jam
2.      Jadwal kerja : teratur
3.      Lain-lain (sebutkan) : tidak ada
DATA PSIKO SOSIAL
A.  Pola komunikasi          :
1.    Bicara : jelas, Bahasa utama : Indonesia   Bahasa daerah : Jawa
2.    Tempat tinggal : Dengan istri dan 4 orang anak 
3.    Kehidupan keluarga :
·       adat yang dianut :  Jawa
·       pembuatan keputusan : Sendiri, kadang dibantu istri.
·       pola komunikasi : baik
·       keuangan : memadai
·       kesulitan dalam keluarga : tidak ada
4.    Yang dilakukan jika stres :  memecahkan masalah
B.   Orang yang paling dekat dengan klien           : istri dan anak
C.   Rekreasi
     Hobby : membaca
     Penggunaan waktu senggang  : membaca
D.  Dampak dirawat di Rumah Sakit : kebiasaan membaca berkurang
E.   Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Hubungan pasien dengan orang lain, dokter dan perawat baik
F.    Keluarga yang dihubungi bila diperlukan       : saudara Tn.F
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan beribadah     : sholat 5 waktu sehari dan mengaji
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit        : yakin sehat dan sakit adalah pemberian Tuhan
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : optimis akan sembuh dengan ikhtiar yang dilakukan (pengobatan)
c.      Pemeriksaan fisik
A.  Kesan umum / keadaan umum            : lemas
B.   Tanda – tanda vital     :
Suhu tubuh           : 37 0C                                     TD: 80/60 mmHg       
TB                        : 170 cm                                  Nadi    : 100X/menit  
RR                        : 30X/menit                             BB       : 53 kg
C.   Pemeriksaan kepala dan leher :
1.    Kepala dan rambut
a.     Bentuk kepala : bulat lonjong
Ubun – ubun        : agak menonjol
Kulit kepala          : bersih, tidak ditemukan ketombe
b.    Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : botak di bagian depan
Bau                       : tidak berbau
Warna                   : hitam
c.     Wajah
Warna kulit          : coklat sawo matang
Struktur wajah     : ada bekas jerawat
2.    Mata
a.     Kelengkapan dan kesimetrisan           : lengkap dan simetris, memakai kaca mata
b.    Kelopak mata ( Palpebra )                   : dikaji
c.     Konjungtiva dan sklera                       : tidak anemis
d.    Pupil                                        : akomodasi baik
e.     Kornea dan iris                                    : tidak ada peradangan
f.     Ketajaman penglihatan / visus            : dikaji
g.    Tekanan bola mata                  : ≠ dikaji
3.    Hidung
a.     Tulang hidung  dan posisi septum nasi           : simetris tidak ada pembengkakan
b.    Lubang hidung                        : tidak ada lesi dan sumbatan
c.     Cuping hidung                        : tidak ada pernafasan cuping hidung
d.    Reaksi alergi                : tidak ada
e.     pernah mengalami flu : pernah
f.     bagaimana frekuensinya dalam setahun : 3 X setahun
g.    perdarahan                  : tidak ada
4.    Telinga
a.     Bentuk telinga             : simetris
Ukuran telinga                 : sama antara kanan dan kiri
Ketegangan telinga          : ≠ dikaji
b.    Lubang telinga                        : sama antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
c.     Ketajaman pendengaran         : dapat mendengarkan dengan jelas
5.    Mulut dan faring
a.     Keadaan bibir              : mukosa bibir basah
b.    Keadaan gusi dan gigi            : gusi tidak berdarah dan gigi tidak ada kelainan
c.     Keadaan lidah             : bersih
d.    Orofaring                                : tidak ada kelainan
e.     gangguan pembicaraan            : tidak
f.     kesulitan menelan                    : tidak
g.    pemeriksaan gigi terakhir : tidak pernah
6.    Leher   : Tidak dikaji
D.  Pemeriksaan integumen (kulit)
1.    Kebersihan      : baik
2.    Kehangatan     : normal
3.    Warna              : Sawo matang
4.    Turgor                         : Normal (< 2 detik)
5.    Integritas                     : dalam batas normal.
6.    Tekstur                        : kasar
7.    Kelemahan      : tidak ada
8.    Kelainan pada kulit     : tidak ada
E.   Pemeriksaan payudara dan ketiak
1.    Ukuran dan bentuk payudara : simetris
2.    Warna payudara dan areola    : coklat kehitaman
3.    Kelainan-kelainan payudara dan puting         : tidak ada
4.    Aksila dan klavikula               : berbulu lebat
F.    Pemeriksaan thoraks/ dada
1.    Inspeksi thoraks
a.     Bentuk thoraks            : simetris, bidang
b.    Pernapasan
·       Jumlah : 30X/menit
·       Irama   : irreguler saat kambuh
c.     Tanda-tanda kesulitan bernapas          :
2.    Pemeriksaan paru        :
a.     Suara paru : whezing (-),Ronchi basah (+)
b.    pola napas : teratur, Batuk (+)
c.     sputum :(-), nyeri : (-),
d.    kemampuan melakukan aktifitas : terbatas,
e.     Batuk darah : (-),
f.     Ro terakhir :  MRS,
3.    Pemeriksaan Jantung
a.     Nadi perifer : Cukup
b.    Capilary refilling : Kurang  dari 3 detik
c.     Distensi vena jugularis :Ada
d.    Suara jantung : aritmia (-)
e.     Suara jantung tambahan : (-)
f.     Irama jantung (monitor) : (-)
g.    Edema : (+)
h.    Palpitasi : (-)
i.      Baal : (+)
j.      Perubahan warna kulit : tidak tampak,   
k.    Clubbing : (-)

G.  pemeriksaan abdomen
1.    inspeksi
·       bentuk abdomen : buncit
·       benjolan/massa : tidak ada
2.    auskultasi
·       peristaltik usus : 9 x/menit
·       bunyi jantung anak (BJA) : tidak ada
3.    palpasi
·       tanda-tanda nyeri tekan : tidak ada
·       benjolan/massa            : tidak teraba
·       tanda-tanda asites       : tidak ada
·       hepar               : tidak teraba
·       lien                              : tidak teraba
·       Titik mac burney         : tidak teraba
4.    perkusi
·       suara abdomen : dullnes
·       Pemeriksaan asites : tidak ada
H.  pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1.    Kehamilan :(-)
2.    Perdarahan :(-)
3.    Pemeriksaan Pap smear terakhir :(-)
4.    Keputihan : (-)
5.    Pemeriksaan sendiri: (-)
6.    Prostat : normal
7.    Penggunaan kateter : (-)
I.     pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas)
1.    Nyeri : sendi (-)
2.    Pola latihan gerak : berkurang
3.    Kekakuan : tidak ada
J.     Pemeriksaan neurologi
1.    Tingkat kesadaran : compas mentis
2.    Orientasi : baik
3.    Koordinasi : kurang
4.    Pola tingkah laku : masih dalam batas normal
5.    Riwayat epilepsi/kejang/parkinson : (-)
6.    Refleks: baik
7.    Kekuatan menggenggam: menurun
8.    Pergerakan ekstremitas : terbatas
K.  pemeriksaan ststus mental
1.    kondisi emosi/perasaan
2.    orientasi
3.    proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
4.    motivasi (kemauan)
5.    persepsi
6.    bahasa
L.   Keadaan ektremitas :
1.    edem perifer (++) 
2.    Syncope :kadang
3.    Rasa pusing : (+)
4.    CVP: tidak dipasang
5.    Reflek Hepatojugularis (+)



d.    Analisa Data
KARATERSTIK  DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
MASALAH

Data subyektif :

Klien mengeluh lemah, cepat lelah, sesak napas, sulit melakukan aktivitas karena lelah, terasa berdebar –debar. Sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada

Data Obyektif :
  • Tensi 80/60
  •  Nadi 100 X/menit, Ireguler
  • kulit dingin
  • Cappilary refill kurang dari 3 detik,
  •  CTR 60 %, oedema paka kedua tungkai.
Menurunnya Kontraksi Jantung
Penurunan Cardiac output
Data Subyektif
Klien mengeluh sesak bila bangun dari posisi tidur.

Data Obyektif
  • Berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk.
  • Tanda vital setelah bangun dari tempat tidur
Ø  TD :80/60 mmHg
Ø  Nadi : 100 x/mnt
RR. :30x/mnt.
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan akan oksigen
Tidak toleransi terhadap aktivitas
Data Subyektif :
Pasien mengatakan bahwa ia cemas dengan penyakinya karena kata orang penyakitnya (jantrung)  berbahaya , Pasien bertanya tentang –perkembangan penyakitnya
Data obyektif :
  • Klien sering merenung dan susah tidur,
  • Banyak bertanya
  • Ekpresi wajah cemas
  • Nadi 100 X/menit

Kurangnya informasi tentang penyakitnya
Cemas

e.      Diagnose keperawatan
1.      Penurunan Caediac Out Put sehubungan dengan penurunan Kontraksi myocard.
2.      Tidak toleransi terhadap aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
3.      Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan perkembangannya
f.      Intervensi keperawatan
No.
No dx
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
1
Pasien akan mendemostrasikan keadaan jantung yang stabil.
Kriteria :
1.   Tekanan Darah Dalam batas normal. (120/80 mmHg
2.   Nadi 80 X /menit
3.   Tidak terjadi aritmia
4.   Denyut jantung dan irama jantung teratur
5.   Cappilary refill kurang dari 3 detik

1.      Kaji dan lapor tanda penurunan CO.


2.         Monitor dan catat ECG secara continue untuk mengkaji rate, ritme dan setiap perubahan per 2 atau 4 jam atau jika perlu. Buat ECG 12 lead.


3.         Kaji dan monitor tanda vital dan parameter hemodinamik per 1 – 2 jam atau indikasi karena keadan klinik.
4.         Mempertahankan bed rest dengan kepala tempat tidur elevasi 300 selama 24 – 48 jam pertama
5.         Mulai pasang IV line.
      

6.         Memberi obat – obatan arythemia, nitrat. Beta blocker.

7.         Melanjutkan pengkajian dan moitor tanda penurunan CO. Auskultasi suara paru – paru dan jantung tiap 4 – 8 jam.

1.Kejadian mortality dan morbidity  24 jam pertama.
2.Ventrikal vibrilasi sebab utama kematian terjadi dalm 4 – 12 jam I dari terjadinya serangan. ECG 12 lead mengidentufikasi lokasi MI.
 3.Mendeteksi terjadinya disfungsi myocard karena komplikasi.
4.Untuk mengurangi tuntutan kebutuhan 02 myocard.
5.Siap membantu pengaturan pemberian obat – obat IV.
6.Monitor tanda – tanda komplikasi awal, Contoh : MI yang meluas, cardioganic yang meluas, cardioganic shock. Heart failure. Miocardial ruptur, yang mungkinterjadi dalam 10 hari dari terjadinya serangan, 7.monitor yang hati – hati diperlukan untuk mendeteksi hipotensi dan distitmia dan melangkah ke level aktifitas berikutnya yang sesuai.

2.
2

1.        Kaji hal hal lain yang menyebabkan klien lemah,seperti nyeri dan obat
      

2.        Monitor tingkat intoleransi aktifitas

3.        Tingkatkan aktifitas klien sesuai kemampuan
4.         Bantu klien untuk merawat diri sendiri dan pemenuhan kebutuhan dasar
1.Untuk mengetahui respon klien terhadap aktifitas. Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dapat ditolerir oleh klien.

2.Kelemahan dapat disebabkan oleh hal lain  seperti nyeri dan obat obatan

3.Untuk menghindari adanya aktifitas yang berlebihan, sehingga berakibat fatal. Dapat meningkatkan kompensasi jantung terhadap aktifitas

4. Dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan dasar klien


3.
3

1.        Kaji tanda – tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan.
2.        Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat. Memberi obat – obatan yang sedatif sesuai pesanan.
                            
3.        Temani pasien selama periode kecemasan tinggi beri kekuatan, gunakan suara tenang.

4.        Berikan penjelasan yang singkat dan jelas untuk semua prosedur dan pengobatan.

5.        Ijinkan anggota keluarga membantu pasien, bila mungkin rujuk ke penasihat spiritual

6.        Mendorong pasien mengekspresikan perasaan perasaan, mengijinkan pasien menangis.

7.        Mulai teknik relaksasi contoh : nafas dalam, visual imergery, musik – musik yang lembut.
1.Level kecemasan berkembang ke panik yang merangsang respon simpatik dengan melepaskan katekolamin. Yang mengkontribusikan peningkatan kebutuhan O2 myocard.
2.Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

3. Pengertian yang empati merupakan pengobatan dan mungkin meningkatkan kemampuan copyng pasien.
4.Memberi informasi sebelum prosedur dan pengobatan meningkatkan komtrol diri dan ketidak pastian.
5.Penggunaan support system pasien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kelengangan.
6. Menerima ekspresi perasaan membantu kemampuan pasien untuk mengatasi ketidak tentuan pasien dan ketergantungannya.
7.Untuk mengalihkan pasien dari peristiwa – peristiwa yang baru saja terjadi.

g.     Catatan keperawatan
No.
Tgl/jam
No.dx
Tindakan
Ttd

09.00




09.15
09.30
09.45


10.10

10.25

10.45
11.10
2

1

3
2
1
3


1

1

2
3
Memberikan posisi tidur dengan kepala tempat tidur 30˚
Memberikan oksigen 2 liter permenit
Mengobservasi ttv
Memasang infuse
Melakukan EKG
Mengaambil darah untuk pemeriksaan ABGs, darah lengkap
Membawa pasien untuk foto rontgen
Memberikan injeksi dopamine 2 mg secara IV
Monitor ttv
Pasien dipindahkan keruangan ICCU




h.    Catatan perkembangan
No.
Tgl/jam
No.dx
Perkembangan
Ttd

09.00









09.15




09.30


09.45
10.10
10.25



10.45




11.10
1









2




1



3




3




3
Pasien mengatakan  merasa agak lega  dengan posisi yang diberikan
Oksigen diberikan secara nasal
Tensi 80 / 60 mmHg
Nadi 102 kali / menit
Suhu 36,5 o C
IVFD RL 500 cc / 24 Jam, berhasil dipasang dan menetes lancar
Melakukan EKG : Interprestasi hasil : Old Myocard Infark
-
Hasil Rontgen : Cardiomegali
Dopamin dapat diberikan secara intravena
Tensi 100/80 mmHg
102 kali / menit
Suhu 37o C
Pasien berada diruang ICCU 




BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
     Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal
5.2       Saran


Daftar Pustaka

Doenges, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 jakarta: EGC.

Mansjoer, arif. (2001). Kapita  Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: media Aesculapius FKUI