Rabu, 03 Oktober 2012



askep perilaku kekerasan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya:
1.    Bagimana konsep teori perilaku kekerasan?
2.    Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan?
3.    Bagaimana contoh kasus dari asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan?


1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
     Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.   Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
2.   Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan
3.   Mengetahui rentang respon
4.   Mengetahui tanda  dan gejala dari perilaku kekerasan
5.   Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan
6.   Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan
7.   Mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasan
8.   Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan
9.   Mengetahui contoh kasus asuhan keprawatan dari perilaku kekerasan

1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Institusi
1.    Digunakan sebagai tambahan kepustakaan agar bisa bermanfaat bagi para pembaca.
2.    Sebagai bahan bandingan persepsi tentang kejadian perilaku kekersan
1.4.2        Bagi Profesi
1. Diharapkan perawat lebih memahami tentang konsep perilaku kekerasan
2. Diharapkan perawat Lebih memahami tentang pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan perilaku kekerasan
1.4.3        Bagi Penyusun
1.    Diharapkan perawat lebih memahami tentang konsep perilaku kekerasan
2.    Diharapkan perawat Lebih memahami tentang pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan perilaku kekerasan


BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman  (Stuart dan Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).

2.2 Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1.      Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2.      Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3.      Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4.      Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
b. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan

2.3 Rentang Respon
Perasaan marah normal terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif dan mal adaptif. (Gambar 1)
Respon adaptif                                                            Respon mal adaptif



Asertif        Frustasi                 Pasif                Agresif            Kekerasan
                                    Gambar 1. Rentang Respon Marah
Kegagalan dapat menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif=kekerasan perilaku yang I menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
Ø  Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.
Ø  Frustasi: merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.
Ø  Pasif: diam saja karena tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
          sedang dialami.
Ø  Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
Ø  Kekerasan: sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan , member kata-kata ancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu menegndalikan diri.

2.4 Tanda dan Gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
a.       Data Obyektif:
-          Muka merah
-          Pandangan tajam
-          Otot tegang
-          Nada suara tinggi
-          Berdebat
-          Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
-          Merampas makanan, memukul jika tidak senang
b.      Data Subyektif:
-    Mengeluh perasaan terancam
-    Mengungkapkan perasaan tidak berguna
-    Mengungkapkan perasaan jengkel
-    Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak, bingung.



2.5 Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

2.6  Penatalaksanaan
a.      Farmakoterapi
1.      Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2.      Obat anti depresi, amitriptyline
3.      Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4.      Obat anti insomnia, phneobarbital
b.      Terapi modalitas
1)      Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:
-          BHSP
-          Jangan memancing emosi klien
-          Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
-          Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
-          Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
-          Mendengarkan keluhan klien
-          Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
-          Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
-          Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
-          Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
o   Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
o   Hindari benda tajam
o   Lakukan fiksasi sementara
o   Rujuk ke pelayanan kesehatan
2)      Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social atau aktivitas lai dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
3)      Terapi musik
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.

2.7  Pohon Masalah

Resiko perilaku mencederai diri
Perilaku kekerasan (masalah  utama)
Gg konsep diri: Harga diri rendah
Ketidakefektifan koping keluarga, ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
Defisit perawatan diri, mandi dan berhias
Gg pemeliharaan kesehatan
penyebab
akibat
 












                            


BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual. Pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor presipitasi, predisposisi, penilaian terhadap streesor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki klien.
1.      Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No. MR.
2.      Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat “RT dan marah”.
3.      Factor predisposisi
c.       Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan.
d.      Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga.
e.       Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
f.       Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mangganggu.
4.      Fisik
Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
5.      Psikososial
a.       Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
b.      Konsep diri
-          Gambaran diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
-          Identitas
Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-laki/perempuan.
-          Peran
Klien biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu.
-          Ideal diri
Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
-          Harga diri
Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan sakitnya.
c.       Hubungan social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, mengajuhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
d.      Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan linngkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
6.      Status mental
a.       Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok/serasi dan berubah dari biasanya.
b.      Pembicaraan
Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar
c.       Aktivitas motoric
Aktivitas motoric meningkat  klien biasanya terganggu dan gelisah
d.      Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari factor presipitasi misalnya: sedih dan putus asa.
e.       Afek
Afek klien biasanya sesuai
f.       Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan dan mudah tersinggung.
g.      Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan persepsi.
h.      Proses pikir
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan koheren.
i.        Isi pikir
Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
j.        Tingkat kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k.      Memori
Tidak terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
l.        Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
m.    Kemampuan penilaian
Biasanya klien mampu mengambil keputusan jika menghadapi masalah yag ringan, klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
n.      Daya tilik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan pertolongan, klien juga seringmenyalahkan hal-hal diluar dirinya.
7.      Kebutuhan persiapan pulang
a.       Makan       : pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b.      BAB/BAK            : observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan klien untuk membersihkan dirinya.
c.       Mandi                    :biasnya klien mandi berulang/ tidak mandi sama sekali
d.      Berpakaian:biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e.       Istirahat     :observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya istirahat klien terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang dihadapi.
f.       Sistem pendukung: untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan system pendukung sangat menentukan.
g.      Aktifitas dalam rumah: klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
8.      Mekanisme koping
Biasanya Mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif, klien mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah, merusak barang dan keluyuran.
9.      Masalah keperawatan: Koping individu inefektif
10.  Aspek medik
Obat yang diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya diberikan anti psikotik seperti CPZ, TFZ, THP.
11.  Daftar masalah keperawatan
1.      Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2.      Perilaku kekerasan
3.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4.      Gangguan pemeliharaan kesehatan
5.      Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
6.      Ketidakefektifan koping keluarga merawat klien dirumah
7.      Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
12.  Daftar diagnosa keperawatan
1.      Resiko perilaku mencederai diri b.d perilaku kekerasan
2.      Perilaku kekerasan b.d harga diri rendah
3.      Gangguan pemeliharaan kesehatan b.d defisit perawatan diri
4.      Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d ketidakefektifan koping keluarga
5.      Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri


BAB IV
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr ”I”
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Ruang rawat : Bekisar                                                 Tanggal Rawat:  21 januari 2012
       I.            Identitas klien
Inisial                          : Sdr ”I”
Umur                           : 18 th
Informen                     : Klien, perawat, status
Alamat                                    : Jember
Tanggal pengkajian     : 13 pebruari 2012
No. RM                       : 087661
Pendidikan                  : SMP
Agama                         : Islam
Diagnosa Keperawatan: Scizofrenia hebrefenik episodik berulang
    II.            Alasan masuk
Menurut pasien: Klien mengatakan bahwa saya dibawa  ke rumah sakit jiwa karena saya sering mengamuk- ngamuk di rumah.
Menurut status: Klien mengamuk- ngamuk merusak barang-barang yang ada, klien juga menyetop mobil- mobil di jalan raya, keluyuran malam-malam,mengancam dan memukul orang sekitarnya.
 III.            Faktor predisposisi
1.      Klien mengatakan sakit sejak SMP kelas 3 pernah di opname di RS. Subandi jember 3x dengan keluhan mengamuk- ngamuk,sembuh pulang, kontrol rutin tapi tidak minum obat.
2.      Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan sebelumnya minum obat, lalu sebulan terakhir tidak mau minum obat karena merasa sudah sembuh.
3.      Trauma
Klien mengatakan mengalami aniaya fisik dirumahnya yaitu dkurung dikamar dan diikat
Masalah keperawatan:
-          Penatalaksanaan regimen  terapeutik inefektif
-          Resiko tinggi menciderai diri sendiri org lain dan lingkungan
-          Prilaku kekerasaan
Anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa :
Klien mengatakan dalam keluarganya ada yang mengalami gannguan jiwa yaitu bibi, keluhannya sama yaitu suka mengamuk dan berobat ke alternatif.
Masalah keperawatan: Koping keluarga inefektif.

4.      Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
-          Klien mengatakan pernah merasa tertekan dengan peraturan yang ada di pondok
-          Klien sering di ejek- ejek
Masalah keperawatan: Respon paska trauma
 IV.            Pemeriksaan fisik
1.      TTV:
TD       : 100/70 mmHg
Nadi    : 80x/menit
RR       : 16x/menit
Suhu    : 360 C
2.      Ukuran :
BB       : 57 kg
TB       : 167 cm
3.      Keluhan fisik : -
4.      Px mengatakan pergelangan tangannya sakit karena habis diikat.
Terdapat luka pada lingkar pergelangan tangan kanan dan kiri bekas  diikat keadaan luka tampak merah tidak ada pus dan tidak ada darah.
Masalah keperawatan: kerusakan integritas kulit, resiko tinggi terjadinya infeksi.

    V.            Psikososial
1.     
: Laki laki
: Perempuan
 : Tinggal serumah
 : Klien
 : orang terdekat
 : Keluarga yang pernah sakit jiwa

Genogram




            Keterangan :
Klien mengatakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, klien tinggal dengan orang tuanya dan 1 kakak nya, orang terdekat klien adalah ayah dan ibunya, setiap ada masalah jarang bercerita dengan keluarga klien lebih senang memendam sendiri, penggambil keputusan dalam keluarganya adalah ayahnya, hubungan dengan keluarga kurang baik. Dalam keluarga ibu ada yang pernah menderita sakit jiwa yaitu bibi klien.
Masalah keperawatan : - Koping individu inefektif
2.      Konsep diri
a.       Citra tubuh:
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.
b.      Identitas diri
Klien mengatakan namanya “A I” umur 18th dan mengaku sebagai dirinya sendiri. Klien belum menikah dan belum bekerja, klien mengatakan anak no.3 dari 3 bersaudara.
c.       Peran diri
Klien mengatakan di dalam keluarga berperan sebagai anak, dan yang dilakukan di rumah adalah membantu ibu. Saat di rumah sakit klien mengerti statusnya sebagai pasien.
d.      Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang agar bisa berkumpul dengan keluarganya dan teman- temannya dan dapat beraktifitas lagi.
e.       Harga diri
Klien mengatakan hubungan dengan teman dan tetangganya baik- baik saja tetapi ada tetangga ataupun temannya bersikap cuek dan mengolok- olok klien sehingga klien merasa minder.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah situasional.
3.      Hubungan sosial
a.       Orang yang berarti
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya.
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Klien mengatakan saat di rumah klien mengaji dengan teman- temannya.
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas berkumpul dengan teman- temannya karena merasa minder dan takut di olok-olok oleh teman-temannya.

Masalah keperawtan: Isolasi sosial menarik diri
4.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, klien percaya pada Allah dan semua itu dibuktikan saat ditanya apakah klien percaya bahwa tuhan itu ada?, klien menjawab ada.
b.      Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang melaksanakan sholat 5 waktu dalam sehari karena malas.
Masalah keperawatan: -
 VI.            Status mental
1.      Penampilan
Penampilan pasien rapi, rambut bersih, tidak ada bau badan, kancing baju tepat, kuku tidak panjang, baju tidak terbalik dan ganti baju tiap hari.
Masalah keperawatan: -
2.      Pembicaraan
Saat diajak bicara klien berbicara dengan nada keras dan cepat terkadang disertai nada tinggi,marah-marah.
Masalah keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal
3.      Aktivitas motorik
Klien terlihat tegang, gelisah dan selalu mondar-mandir,marah-marah,mengancam mau memukul teman-temannya keluyuran, memukul-mukul pintu.
Masalah keperawatan: Resti cidera.
4.      Afek dan emosi
a.       Afek labil
Klien saat ditanya wajahnya tiba-tiba merah, berbicara kasar, cepat disertai nada tinggi, dan mudah tersinggung.
Masalah keperawatan: Kerusakan interaksi sosial.
b.      Alam perasaan (emosi)
Klien terlihat sedih karena ingin pulang kangen dengan keluarganya.
Masalah keperawatan: Ansietas
5.      Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien memang kooperatif namun ia mudah tersinggung, pandangan mata tajam, wajah tegang dan merah.
Masalah keperawatan: Kerusakan interaksi sosial
6.      Persepsi sensorik
Klien tidak ada gangguan pada persepsi sensori dibuktikan klien tidak mendengar suara-suara yang mengganggu.
Masalah keperawatan: -
7.      Proses pikir
a.       Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
Saat berinteraksi pembicaraan klien melompat-lompat dari satu ide yang belum selesai diceritakan kemudian ke ide yang lain.
Masalah keperawatan: Perubahan proses pikir.
b.      Isi pikir
Selama wawancara klien mengatakan jengkel dengan keluarganya yang membawa kesini, bahwa mereka mempunyai niat jahat.
Masalah keperawatan: Perubahan proses pikir.
8.      Tingkat kesadaran
Klien terlihat bingung
Kuantitatif            : kesadaran klien composmentis, GCS 4 5 6
Kualitatif   : kesadaran klien berubah, klien gelisah, marah-marah, mudah tersinggung.
Klien kalau saat ini adalah waktu pagi hari,bertempat di ruang makan dan tau nama pengkaji yaitu mbak Yanti.
Masalah keperawatan: Perubahan proses pikir
9.      Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, terbukti klien bisa menceritakan sebelum klien dibawa ke rumah sakit, klien juga tidak mengalami gangguan daya ingat jangka menengah terbukti klien masih ingat kalau dia pernah dikurung diruang isolasi, klien juga tidak mengalami jangka saat ini terbukti klien dapat menyebutkan kegiatan yang tadi pagi dilakukan yaitu mandi dan makan pagi.
Masalah keperawatan: -
10.  Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik dan kalkulasi dengan baik terbukti setelah disuruh bfrhitung klien mampu berhitung sederhana.
Misalnya: klien puxa uang 10 ribu dibuat beli bakso 5 ribu sisanya uang berapa?, klien menjawab sisanya masih 5 ribu
Masalh keperawatan:-
11.  Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian terbukti ketika ditanya apa yang dilakukan saat bangun tidur?, klien mengatakan mandi dulu kemudian duduk menunggu makan pagi.
Masalah keperawatan: -
12.  Daya titik diri
Klien mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak sakit, klien mengingkari penyakit yang dideritanya.
Masalah keperawatan: perubahan proses pikir
VII.            Kebutuhan perencanaan pulang
1.      Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien tidak memerlukan bantuan saat makan, berpakaian, untuk perawatan kesehatan klien memerlukan bantuan minimal dari perawat.
Masalah keperawatan: -
2.      Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a.       Perawatan diri
Dalam perawatan diri misalnya mandi, kebersihan makan,BAK/BAB, ganti pakaian klien tidak memerlukan bantuan.
Masalah keperawatan: -
b.      Nutrisi
Klien mengatakan puas dengan makannya saat makan klien tidak memisahkan diri, frekuensi makan 3x sehari dan kudapan sehari 1x/hari berupa kacang hijau, nafsu makan meningkat.
Masalah keperawatan: -
c.       Tidur
Klien tidak ada masalah dengan tidurnya, yang membantu klien untuk tidur adalah karena minum obat, dimana klie mengatakan setelah minum obat rasanya ingin tidur.
Masalah keperawatan: -
3.      Kemampuan klien
Klien dapat mengantisipasi kehidupan sehari-hari, klien dapat membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri, klien mengatakan belum bisa mengatur penggunaan obat,  selama di rumah sakit obat masih diberi perawat.
Masalah keperawatan: Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik.
4.      Sistem pendukung
Sistem pendukung klien di rumah adalah keluarga sedangkan dirumah sakit adalah perawat ruangan.
Masalah keperawatan: -
5.      Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif dan hobi?
Klien menikmati saat bekerja terbukti klien melaksanakan dengan baik.
Masalah keperawatan: -
VIII.            Mekanisme koping
Mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif, klien mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah, merusak barang dan keluyuran.
Masalah keperawatan: Koping individu inefektif
 IX.            Masalah psikososial dan lingkungan
1.      Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan kelompok, ia mendapat dukungan keluarga dalam mencari pengobatan.
2.      Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan sebelum sakit mengikuti kegiatan di lingkungan namun selama sakit ini hanya dirumah karenaklien merasa minder dan takut diolok-olok sama temannya..
3.      Masalah dengan pendidikan
Klien mempunyai masalah dengan pendidikan dimana klien sekarang sudah tidak sekolah lagi karena sakit.
4.      Masalah dengan pekerjaan
Klien belum bekerja.
5.      Masalah dengan perumahan
Klien tidak ada masalah dengan perumahan dimana klien bila pulang akan tinggal dengan orang tuanya.
6.      Masalah ekonomi
Klien tidak ada masalah dengan ekonomi dimana segala kebutuhan hidupnya masih jadi tanggungan
7.      Masalah dengan pelayanan kesehatan
Tidak terkaji
8.      Masalah lainnya: -
Masalah keperawatan: Isolasi sosial, menarik diri
    X.            Pengetahuan kurang tentang
Klien mengatakan kurang begitu tahu tentang penyakit jiwa, klien merasa ia tidak sakit saat ini dan tidak tahu kenapa dibawa kesini.
Masalah keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
 XI.            Aspek medis
Diagnosa medis           : F .20.13
                                      Schizofrenia hebrefenik episodik berulang.
Terapi medik               : Tablet Haloperidol 5 mg : 1/2 - 0 – 1/2
                                      Tablet Chlorpromazine 100 mg : 0 – 0 - 1






XII.            Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Perilaku kekerasan (masalah  utama)
Gg konsep diri: Harga diri rendah
Ketidakefektifan koping keluarga, ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
Defisit perawatan diri, mandi dan berhias
Gg pemeliharaan kesehatan
penyebab
akibat
 














XIII.            Daftar masalah keperawatan
1.      Perilaku kekerasan
2.      Regimen terapi inefektif
3.      Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
4.      Kerusakan integritas kulit
5.      Resiko tinggi terjadinya infeksi
6.      Koping keluarga inefektif
7.      Respon pasca trauma
8.      Koping individu inefektif
9.      Kerusakan komunikasi verbal
10.  Resti cidera
11.  Gangguan konsep diri: harga diri rendah
12.  Ansietas
13.  Perubahan proses pikir
14.  Kerusakan interaksi sosial
15.  Kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
XIV.            Daftar diagnosa keperawatan
1.      Resiko  mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan b/d perilaku kekerasan
2.      Perilaku kekerasa b/d harga diri rendah
3.      Gangguan konsep diri: HDR b/d koping individu inefektif.




BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
5.2  Saran


DAFTAR PUSTAKA
Keliat, ana budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa, Jakarta; EGC
Keliat, ana budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta; EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC